Jambi merupakan sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di pesisir timur, di bagian tengah pulau Sumatra, ibu kotanya berada di kota Jambi. Provinsi dengan luas wilayah 50.160,05 km2 ini, pada tahun 2021 memiliki jumlah penduduk 3.548.228 jiwa.
Jambi merupakan wilayah yang terkenal dalam literatur kuno. Nama negeri ini sering disebut dalam prasasti-prasasti dan juga berita-berita Tiongkok. Ini merupakan bukti bahwa, orang Cina telah lama memiliki hubungan dengan Jambi, yang mereka sebut dengan nama Chan-pei.
Diperkirakan, telah berdiri tiga kerajaan Melayu Kuno di Jambi, yaitu Kerajaan Koying (abad ke-3 M), Tupo (abad ke-3 M) dan Kerajaan Kandali/ Kantoli (abad ke-5). Seiring perkembangan sejarah, kerajaan-kerajan ini lenyap tanpa banyak meninggalkan jejak sejarah.
Kini Jambi didominasi oleh masyarakat beragama islam dengan persentase 95,08%. Jambi juga masih dikenal memiliki kebudayaan yang kental, termasuk tarian adat atau tari tradisional yang masih dipertahankan hingga saat ini.
Tarian Adat Jambi
1. Tari Sekapur Sirih
Tari Sekapur Sirih adalah salah satu tari tradisional yang berasal dari daerah Jambi. Tarian ini termasuk jenis tarian penyambutan yang biasanya ditarikan oleh para penari wanita. Dengan berpakaian adat serta diiringi oleh alunan musik pengiring, mereka menari dengan gerakannya yang lemah lembut dan membawakan cerano (wadah) sebagai tanda persembahan. Tari Sekapur Sirih merupakan salah satu tarian adat yang cukup populer di daerah Jambi dan biasanya ditampilkan untuk menyambut kedatangan tamu terhormat yang berkunjung ke daerah Jambi.
Berdasarkan catatan sejarah, Tari Sekapur Sirih pertama kali diciptakan oleh salah satu seniman yang cukup terkenal di Jambi, bernama Firdaus Chatap. Kemudian tarian ini diperkenalkan kepada masyarakat luas tahun 1962. Karena pada saat itu masih merupakan gerakan dasar, beberapa seniman mulai mengembangkan gerakan tarian ini. Dengan mengkolaborasikan dengan iringan musik dan lagu, sehingga membuatnya semakin menarik dan disukai olah kalangan masyarakat.
2. Tari Inai
Tari Inai adalah salah satu jenis pertunjukan seni tari dari daerah-daerah yang ada di Provinsi Kepulauan Riau. Namun, pada perkembangan penyebarannya, tarian adat ini dapat ditemukan dalam pelaksanaan upacara pernikahan masyarakat Melayu tidak hanya di Kepri, tetapi juga Jambi dan daerah Melayu lainnya.
Tari inai di Jambi dibawakan berpasang-pasangan. Walaupun demikian, ada pula yang dibawakan secara tunggal. Biasanya tarian ini dimainkan pada waktu malam hari, tepatnya setelah Shalat Isya. Tari inai menjadi bagian penting dalam acara memberi tanda kepada pengantin. Gerak dalam tari inai bersumber dari gerakan bela diri silat.
Karena bersumber dari gerakan silat, maka penarinya adalah laki-laki dan maksimal berjumlah tiga orang. Kesenian ini masih hidup dalam keseharian masyarakat Melayu Kepulauan Riau. Masyarakat di sana, khususnya masyarakat Melayu Lingga dan Pulau Singkep, biasanya melangsungkan upacara pernikahan sesudah Lebaran. Bulan setelah Idulfitri dianggap bulan baik untuk melakukan acara pernikahan.
3. Tari Rentak Besapih
Tari rentak besapih adalah gambaran kehidupan manusia yang berbeda etnis, suku, dan latar belakang, tetapi berjalan serentak dalam kehidupan sehingga terlihatnya keselarasan hidup berdampingan dengan rukun dan saling menghormati.
Tari rentak besapih dibawakan oleh 8 hingga 10 orang dengan memakai pakaian khas adat Melayu Jambi dengan menggunakan hiasan kain tenun di atas kepalanya. Tarian rentak besapih merupakan gambaran sejarah kota Jambi pada waktu dulu, Jambi menjadi kota perdagangan yang dikunjungi oleh berbagai etnis dan suku.
4. Tari Kubu
Tari kreasi Kubu ditarikan oleh lima orang laki-laki dan lima orang perempuan, dengan mengenakan pakaian yang biasa digunakan masyarakat suku Kubu dalam kesehariannya. Tari kreasi kubu tercipta dari upacara pengobatan tradisional, yang kerap dilakukan ketika ada seseorang yang terjangkit sakit parah.
Gerak tari Kubu memperlihatkan gerakan tangan dan hentakan kaki. Pada bagian akhir digambarkan bagaimana seorang yang sedang terserang penyakit diangkat secara beramai-ramai dan didoakana, yang sebelumnya diberikan ramuan obat tradisional yang berasal dari alam. Para penari yang lain kemudian membentuk formasi melingkar dengan seseorang yang sedang terkena penyakit berada di tengahnya.
Tari Kubu diiringi oleh alunan musik rampak yang dihasilkan oleh perpaduan alat musik tradisional berupa kendang, perkusi, dan kecrek. Suara rampak dari garapan musik pengiring diselaraskan dengan gerak hentakan kaki para penarinya. Tata cahaya juga berpengaruh bagi terciptanya suasana, sehingga para penonton ikut larut dalam cerita yang sedang dibangun melalui tarian.
5. Tari Kisan
Tari kisan adalah tarian tradisional yang berasal dari Kabupaten Bangko dan Kabupaten Sarolangun, Jambi. Tari ini menunjukkan gambaran kegiatan masyarakat Jambi dalam mengolah padi menjadi beras. Tari ini umumnya dibawakan oleh beberapa remaja putri. Pencipta tari kiasan sendiri belum diketahui secara pasti.
6. Tari Rangguk Kumun
Rangguk Kumun merupakan pertunjukan tarian tradisional Indonesia yang berasal dari Desa Kumun, Jambi dan telah ditetapkan oleh Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia pada tahun 2018 dengan domain budaya Seni Pertunjukan Menurut sejarah tarian ini dipercaya muncul atas ide dari seorang ulama dari Dusun Cupak (Desa Cupak dan Tanjungharapan, namanya sekarang) Danau Kerinci, Kerinci Hilir, Kerinci.
Di antara beberapa jenis Tari Rangguk yang ada, yang paling bertahan adalah Tari Rangguk Kumun dimana sumber sejarahnya juga masih belum diketahui dengan jelas. Selain itu, maestro Tari Rangguk Kumun masih bisa ditemui yaitu Ibu Hj. Rosma. Tari ini masih ditarikan oleh masyarakat dan biasanya ditampilkan di acara adat dan acara keagamaan
7. Tari Selampit Delapan
Tari Selampit Delapan adalah tarian adat daerah dari Jambi. Tari ini diperkenalkan M. Ceylon sekitar 1970. Awalnya tarian ini dimainkan 8 orang dengan menggunakan sumbu kompor yang diikat atau digantung. Tapi saat ini sumbu kompor telah diganti syal atau tali berwarna-warni agar tarian menjadi lebih unik dan menarik.
Tari Selampit Delapan bertujuan merekatkan hubungan pergaulan antar pemuda di daerah Jambi. Oleh sebab itu setiap gerak tarian menggambarkan landasan dalam pergaulan yaitu kekompakan, keimanan, saling menghargai, dan perilaku bijaksana. Keistimewaan tari Selampit Delapan lainnya terletak pada gerakan penarinya yang terkesan luwes.
Pada tari Selampit Delapan, penari yang berjumlah 8 orang (4 pasang) tampil dengan komposisi pakaian beragam warna, misalnya biru, kuning, merah dan merah muda dengan warna syal yang senada. Aneka warna tersebut akan terlihat indah berpadu dengan sarung tenun khas Jambi. sarung tenun ini terbuat dari sutra bersulam emas dan dipakai penari sebagai ikat pinggang.
8. Tari Tauh (Betauh)
Tauh merupakan sebuah tarian daerah yang berasal dari desa Koto Joyo, Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi. Keunikan tari ini terletak pada kesederhanaan gerak dan adanya seutas tali yang direntang sebagai pembatas, antara penari laki-laki dengan penari wanita. Kegiatan Betauh atau Tari Tauh berfungsi sebagai bentuk hiburan ketika selesai melakukan panen dan disanalah terjadi interaksi antara pemuda dengan pemudi, bahkan sering kali dari kegiatan menari bersama beberapa dari mereka menemukan jodohnya.
Tari ini merupakan tari muda-mudi desa yang sedang mencari pasangan hidup atau jodoh. Di desa Koto Jayo, tarian Tauh atau dalam istilah setempat sering juga disebut Betauh, dilaksanakan pada malam hari setelah panen padi. Tari ini merupakan wujud kebahagiaan dan bentuk syukur atas keberhasilan bercocok tanam, yang diiringi dengan pesta desa atau pesta adat.
9. Tari Liang Asak
Tari Liang Asak merupakan tarian tradisional yang berasal dari salah satu Kabupaten di Jambi, yaitu Sarolangun. Liang Asak dapat diartikan sebagai lubang kecil tempat menabur benih. Dari kebiasaan inilah, muncul tari Liang Asak. Tari ini mencoba menggambarkan kebiasaan masyarakat Jambi dalam menugal tanah dan menanam padi. Seperti tari daerah Jambi lainnya, tari Liang Asak juga ditarikan secara berpasangan. Jumlah penari umumnya terdiri dari 3 sampai 5 pasang penari.
10. Tari Nitih Mahligai
Tari Nitih Mahligai adalah tari tradisional yang diadaptasi dari upacara adat masyarakat Kerinci, Provinsi Jambi yaitu “Niti Naik Mahligai”. Tari Nitih Mahligai ini ditata oleh Epa Bramanti Putra. Upacara Niti Naik Mahligai sendiri adalah sebuah upacara yang dulu dilakukan untuk memilih pemimpin di kerajaan yang terdapat di Bukit Kaco, batas antara Kerinci dan Bungo.
Tarian nitih mahligai diiringi dengan beragam alunan musik antara lain Gendang serta diiringi dengan lantunan ‘Nyahu’ (vocal) sang pawang, sedangkan penari bergerak selaras mengikuti irama musik dengan gerakan tari Aseik.
11. Tari Serengkuh Dayung
Tari Serengkuh dayung adalah tarian daerah yang berasal dari Kota Jambi. Pencipta tarian ini belum diketahui, akan tetapi telah ditata ulang oleh Aini Rozak pada tahun 1990. Tari Serengkuh Dayung menggambarkan perasaan searah setujuan dan rasa kebersamaan dalam berbagai hal. Tari serengkuh dayung ini dibawakan oleh penari putri saja.
12. Tari Cucu Ungko
Tari cucu ungko merupakan tari berkelompok yang termasuk dalam jenis tari tradisi atau tari adat. Tari yang telah hidup turun temurun ini terdapat di desa Sungai Keruh Kecamatan Tebo Tengah Kabupaten Tebo (pemekaran dari Kabupaten Bungo-Tebo), Provinsi Jambi.
Pencipta tarian cucu ungko ini tidak dikenal karena minimnya sumber sejarah. Tarian ini menggambarkan tentang usaha masyarakat jambi dalam menangkap binatang yang digemarinya. Tarian ini dapat ditarikan oleh penari putra maupun putri.
13. Tari Beting Sumbun
Tari beting sumbun adalah kesenian adat masyarakat Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Tanjabtim), dimana tarian ini diciptakan oleh seniman lokal bernama Sam Rusli. Tarian benting sumbun lahir dari tradisi mencari sumbun, tarian ini terinspirasi dari kebiasaan masyarakat kampung laut Kecamatan Kuala Jambi, Kabupaten Tanjabtim mencari sumbun, di Beting Kuala Kampung laut.
14. Tari Dana Syarah
Tari Dana Syarah merupakan salah satu tari yang berkembang di daerah Pelayangan, yakni suatu daerah di wilayah kota Jambi. Tarian ini merupakan salah satu karya budaya dari Timur Tengah yang diterima oleh masyarakat setempat dan diadopsi menjadi karya budaya daerah. Ciri khas dari tari ini adalah iringan lagu dana dan lagu syarah.
15. Tari Sekato
Tari sekato merupakan sebuah karya tari baru yang berangkat dari ragam gerak dasar tari daerah Jambi. Kehadiran tari Sekato ini merupakan suatu jalan dalam upaya untuk menambah perbendaharaan tari daerah Jambi.
Tari sekato adalah hasil dari kegiatan pengolahan tari yang dilaksanakan pada tahun 1992. Tari ini ditata oleh Sri Purnama Syam. Dalam penampilannya dibawakan oleh 8 penari yang terdiri dari 4 orang penari putra dan 4 orang penari putri. Tari ini menggunakan properti Kipas dan Payung dimana peggunaan Kipas dan Payung selain sebagai penghias juga mengandung arti untuk senjata dan perlindungan diri. Beberapa ragam gerak yang dominan dalam tari ini antara lain adalah gerak lenggang, langkah tigo, langkah tak jadi, buka ayun kipas.
Penutup
Nah itulah informasi mengenai tari Jambi secara lengkap baik tarian daerah, adat, maupun tari tradisional yang masih ada hingga sekarang. Tari-tari daerah asal Jambi memang sangat beragam dan cukup banyak, namun beberapa tari terkesan meredup karena tidak ada penerusnya.